Hal bodoh yang pernah dilakukan papa (Part 1)

Yup, biar anak lebih kenal orang tua, media blog memang cocok, vblog kayaknya terhambat oleh tersedianya bandwitch, kalau nanti memang memungkinkan, vblog pun bisa! haha.

Part 1? Berarti ada part selanjutnya dong? 
Pasti! Semua orang pernah lakukan hal bodoh, yah, seperti asal nikah, but, jangan mengeluh, tuh kalian berdua, hal terindah dalam hidup papa, cahaya hidup dalam kegelapan. Tidak semua hal bermula buruk hingga akhir kan!(sorry kalau papa suka bercanda mengenai hal yang tidak lucu ini, katakanlah ini mekanisme bertahan papa kalian)

Well, hal bodoh yang pernah papa lakukan…
Perlu diseleksi beberapa dulu…Terlalu banyak...

Oke, mulai dari waktu kecil dulu.
Di desa papa tumbuh besar, ketika musim panen selesai atau acara perayaan atau siapa yang punya ucapan syukur, akan diadakan pemutaran film dan pentas opera.
Harus kalian tahu, sejarah adalah sesuatu yang sangat menarik, setidaknya papa sangat menyukai. Dan mungkin nanti makin tua, makin cerewet ya...
Manusia itu aneh, merayakan segala moment dalam hidup, seperti ulang tahun(tambah tua kok dirayakan…), kelahiran, kematian, dll, di indonesia? Sunatan tentunya. Haha. Biar kalian cewek, ya, kan kalian besar di Indonesia, bukanlah suatu yang tabu yang harus ditutupi.
Pementasan opera itu yang lebih menarik, karena…anak kecil tidak ngerti sama sekali! Sampai sekarang pun papa masih penasaran apa yang dipentaskan, yah, anak kecil kan tertarik dengan segalanya, tapi pentas opera sungguh susah dimengerti! sudah pakai bahasa daerah masing-masing, di china ada lebih dari 5 minimal pentas opera dominan, papa tidak tahu berapa tepatnya, kalian bisa wiki atau nanti papa lengkapi d.
Bicara acara pentas opera atau pemutaran film, desa yang punya-lah yang baru mampu undang datang, so, desa papa kalian besar termasuk yang terkenal, haha. Banggalah! Kalian besar di jaman listrik sudah menyala, air mengalir dari kran, tidak akan bisa membayangkan, but, papa bukan orang yang suka cerewet apa kalian anak muda tidak tahu susahnya dulu kek semacam itu, cuma sekedar info saja ya. Listrik di desa papa dulu pun berkat bantuan dana saudagar perantauan jauh, air? sumur dong…Sumur di rumah kita sana bukanlah air tawar, haha, karena rumah kita terlalu dekat dengan pantai, sehingga terjadi pencampuran, air payau tepatnya, nenek kalian kayakanya tidak pernah beli garam d….

Ngelantur lagi...

Pementasan atau pemutaran film itu, akan menarik orang dari jauh, tidak hanya desa kita saja. Orang-orang datang sejak sore, bawa kursi duduk kayu kecil, menunggu langit jadi gelap. Yap, dulu tidak ada polusi cahaya. Listrik aja jarang.
Berkumpulnya manusia tentu menarik yang namanya pedagang, dan dagangan inilah yang menarik lalat-lalat kecil AKA anak-anak.
Memang tujuan kami hanyalah minta uang kepada orang tua, kemudian makan, main keluyuran, habis itu pulang. Opera susah dimengerti oleh anak kecil mana pun, dan kalau ada orang tua yang memaksakan anaknya belajar opera, papa selalu merasa itu aneh. Musuh opera yaitu si Film tentunya nasib lebih baik, mampu menarik penonton tetap di kursi.
Orang desa memanfaatkan kesempatan ini buat sosialisasi utamanya, mereka bisa bertukar informasi, mengajak anak keluar rumah, melewati malam yang panas di luar rumah.
Tempat pemutaran/pementasan tersedia di desa, orang china lebih condong ke hormati nenek moyang, desa kita pun ada kuil besar buat tempat penghormatan kepada nenek moyang. Di depan kuil inilah lapangan besar tempat acara. (Ketika papa pulang tahun 2000, melihat lapangan itu, kok kecil sekali??? padahal itu surga anak-anak, rasanya besar sekali. Kalian nanti pasti akan mengalami hal yang serupa terhadap ingatan masa kecil), lapangan yang pas musim panen buat jemur padi, gandum dan hasil bumi lainnya, memiliki parit di sekelilingnya.

Yah, itu TKP-nya.

Malam pemutaran, papa minta uang jajan kepada nenek, kakek di mana? Di Indonesia dong.
Berkeliaran sama anak-anak tetangga atau teman sekolah, jajan!!!
Makanan favorit selalu adalah ice cream, but…tanpa cream. ice tepatnya. Makanan lain yang panas ya ote-ote, sama kue goreng dari talas. Dalam ingatan papa ya tiga makanan snack ini. Sayangnya bagi orang desa, uang sangatlah jarang, dan normalnya uang yang diberikan hanya bisa beli satu item saja. Yah, memang gitu...
Pemutaran film cepat, lain halnya dengan opera, lama… dan anak-anak tidak mungkin mau duduk terus nonton. Kami berapa anak kecil mulailah berkeliaran di sekitar wilayah pentas, salah satu sisi lapangan, di samping parit(Bahasa halusnya, kasarnya ya GOT) ada tombok, yang menurut papa sekarang ya pendek. Kami berapa anak berjalan di pinggir temboknya…Satu lewat, Dua lewat...
Sampailah giliran papa kalian….singkat kata….papa terjatuh, dengan kepala masuk parit/got!
Untunglah paritnya tidak kering, yup, YEAH!
Lumpur menutupi kepala papa, eeeeh, telinga, mulut…dan hidung...
Nangis hanyalah memperburuk segalanya, dan papa tidak mungkin tidak menelan “beberapa gram" lumpur itu.
Yang pasti keinginan pulang lebih awal terwujud, tentu saja dengan konsekuensi yang tidak terlalu enak. Cuci kepala di sumur, jalan dari lapangan ke rumah lumayan jauh seingat papa, dan papa ingat dengan pasti selama perjalanan itu, lumpur yang di kepala papa mulai turun dan mengotori baju dan celana, well bukanlah pengalaman yang menyenangkan tentunya.

Dan Pelajaran yang bisa dipetik adalah “ jangan main tanpa pengawasan orang tua!"








评论